Juni 16, 2015

Es Oyen

Kemarin siang, tengah hari bolong, terik dan gerah, saya bermotor sendiri ke arah pulang. Kebetulan sekali di pinggir jalan ada penjual Es Oyen. Saya pinggirkan motor saya, parkir rapi, lalu segera mendekati gerobak es Oyen itu. Mas Penjual tidak ditemukan. Yang ada adalah seorang anak laki-laki berumur kira-kira 10 tahun.
Saya tanyakan padanya dimana si penjual es nya dan dia mengajukan diri. Owh oke.. ternyata dia penjualnya. Saya kemudian pesan 3 es oyen dibungkus dan dia segera membuat pesanan saya.
Saya memperhatikannya diam-diam. Gerakannya canggung, beberapa kali plastik pembungkus jatuh diterbangkan angin. Bahan-bahan dimasukkan satu per satu dengan kikuk. Saya tidak sabar. Ingin sekali saya membantunya membagi bahan-bahan itu biar cepat.
Tapi kemudian satu hal membuat saya tertegun. Tangan-tangan kecilnya... saya coba mengingat, apa yang saya lakukan saat seumur dia. Sepertinya saya hanya bermain dan belajar saja di rumah. Pada musim liburan, saya akan habiskan waktu saya di rumah nenek atau main kemana saya suka. Sedangkan anak laki-laki ini harus mencari uang di musim liburannya. Apakah keadaan ekonomi keluarga memaksanya? atau memang orang tuanya ingin dia belajar prihatin sejak kecil? Saya tidak tau siapa lebih beruntung. Apakah saya atau dia. Tapi di umur semuda itu berjualan sendiri, walau dengan canggung, dia telah begitu percaya diri mengelola gerobaknya sendiri, hal yang jauh dari masa muda saya. 
Sebagian orang akan bilang bahwa saya beruntung karena orang tua saya mampu mencukupi segala kebutuhan saya tanpa saya harus bekerja saat saya kecil. Tapi di sisi lain anak laki-laki inilah yang menurut saya sangat beruntung, mendapat kesempatan mengalami "pelatihan" entrepreneurship sejak kecil. Saya tidak mencari tahu lebih lanjut mengapa dia berjualan. Apakah memang keluarga membutuhkan bantuannya, atau ayahnya orang yang ingin mengajar anaknya mandiri. Yang pasti saya merasa senang bertemu dengannya, entah mengapa ada sedikit kelegaan di hati karena ada satu lagi anak muda yang memiliki bekal yang positif untuk masa depannya. 
Semoga semakin banyak anak Indonesia yang mendapat keberuntungan mengalami pembelajaran positif diluar sekolah di masa mudanya.